Sunday, September 27, 2009

DAVID, WASIT BATURAJA YANG TOP DI TH 80-AN


Bagi warga Baturaja yang tumbuh di tahun 80-an wajah ini mungkin sangat Anda kenal. Ya, David! Dia yang sering menjadi wasit setiap pertandingan sepak bola di Baturaja. Dialah wasit kedua yang pernah mendapatkan sertifikat PSSI setelah almahrum Daryono Sayat yang populer di tahun 70-an. Daryono Sayat adalah guru olahraga SMA 1 Baturaja dulu.

David bernama asli Rifai Darisi berasal dari Poso, Sulawesi Tengah. Merantau di Baturaja tahun 1977 dan menjadi anggota Band Aries (d/h Band Braja) sebagai pembetot bass. Kalau orang-orang dusun mengenalnya sebagai pemain band/orkes yang waktu itu masih sering dapat panggilan, sebenarnya David adalah wasit berprestasi. Namun lingkungan Baturaja yang keras membuatnya sering jadi korban dalam setiap pertandingan. Tidak jarang David dikejar dengan lading (pisau khas ogan) karena dianggap berpihak. Diantara wasit lain--seperti Pak Asan dan Awi--yang juga populer pada waktu itu, Davidlah yang sering mendapat pelatihan. Bahkan menjadi wasit ke Palembang.

Dulu, David juga dikenal sebagai pemain biola yang mengiringi penari-penari Baturaja hingga pentas ke Balai SIdang. Usianya kini tak muda lagi, lebih dari 50 tahun. Namun semasa mudanya David menjadi bagian dari hiruk pikuk kota Baturaja, khususnya dunia olahraga dan seni. Dan masih menjadi ingatan kita semua.

Saturday, September 12, 2009

SAMBAL, KEMANG, BACANG, atau BINJAI?

Lagi Kuliner Khas Ogan-Baturaja

Keanekaragaman hayati buah-buahan di OKU, menyumbang begitu banyak pada jenis kuliner. Salah satunya adalah sambal. Di Baturaja buah-buah macam kemang (Mangifera kemanga), embacang (Mangifera foetida) dan binjai (Mangifera caesia) sangat jarang dimakan tanpa diolah. Mungkin karena banyak buah lain yg lebih enak dan murah untuk dimakan seperti duku, cempedak, dan durian.

Sambal embacang atau limus atau di Jakarta disebut pakel.
Kemang memiliki rasa dan bentuk yg khas diantara keluarga mangga-manggaan. Selain berwarna putih susu, buah ini beraroma yang tajam, rasa yang asam, ada sensasi rasa sepat (bhs ogan: KELAT). Sementara embacang atau dikenal di Baturaja dengan nama limus (seperti juga sama dengan sebutan Orang Sunda), di Jakarta sering juga disebut pakel, memiliki wangi dan rasa manis yang khas. Getah buah ini juga berbahaya jika buahnya tidak dicuci, karena bisa "membakar bibir" dan membuat bibir jadi melepuh. Sedangkan binjai, juga hampir mirip dengan kemang, berwarna putih namun dengan serat yang lebih dominan memberikan rasa asam-manis dan efek gatal pada tekak.  Perbedaan binjai dan kemang, terlihat dari bentuk dan rasanya. Binjai memiliki totol dan lebih memanjang sementara dari segi rasa binjai bisa dimakan meskipun masih muda. 

Kemang atau Mangifera kemanga
Di Baturaja dan OKU umumnya, ketiga buahan ini sangat lumrah dijadikan sambal. Hanya dengan beberapa cabai, sedikit terasi, garam dan gula atau gula merah, sambal dari berbagai jenis mangga ini menjadi santapan umum dalam hidangan keluarga sehari-hari. Biasanya sambal jenis ini menjadi padu dengan rotan muda (OGAN: Umbut uwi), kabau atau jering hutan (Archidendron microcarpum), petai dan jengkol muda.

Binjai atau Magifera caesia. Masih sering dijumpai di Pasar-pasar Bogor.

Dalam ritual "masak-masakan" atau sehari sebelum hari "H" syukuran atau selamatan perayaan pernikahan di OKU, sambal jenis ini selalu hadir dalam kesempatan tersebut. Semacam lauk pelepas lelah bagi panitia yang sibuk memasak untuk acara makan besar besok harinya.

Di Jakarta ketiga jenis mangga ini termasuk langka. Tapi saya pribadi punya catatan dimana pohon ini berada. Dulu, di tahun 2000 sewaktu masih menjadi anggota green map (peta hijau), yang mencatat potensi alam dan tempat-tempat unik di Jakarta--yang diketuai oleh Marco Kusumawijaya--saya temukan:

  • Pohon kemang ada di belakang rumah seniman grafis Yudi di Condet, Jakarta Selatan tepat di tepi kali dari arah jembatan Pasar Minggu. Selain itu di Warung Kemang, jalan Kemang Raya, sekarang dijadikan distro depan  Dim Sum Festive ada pohon kemang sebagai aikon Jalan Kemang. Namun sekarang telah lenyap. 
  • Pohon bacang ada di depan Cafe Tarnado di Kemang Utara dekat gerbang  dengan patung kucing masuk ke Jalan rumah Dian Nitami/Anjasmara.
  • Pohon binjai ada di sisi utara dekat kandang kuda nil di Kebun Binatang Ragunan, Cilandak Jakarta Selatan.
Lantas bagaimana dengan kuini atau kuweni (Mangifera odorata)? Jenis manggaan yang sering dipakai untuk membuat minuman ini, jarang dipakai untuk membuat sambal, melainkan lebih banyak dimakan. Dan ada satu lagi jenis mangga endemik Sumatera Selatan yaitu buah "cipet". Buah sejenis mangga ukuran kecil dan sulit  dipotong dagingnya ini sebenarnya berpotensi dibuat sambal. Namun karena buahnya terlalu didominasi oleh  serat dan terlalu banyak mengandung air serta memiliki rasa asam-asam manis, cipet lebih banyak dimakan oleh anak-anak sebagai jajan. Bahkan karena kulitnya lembut, cara mengupasnya pun cukup hanya menggunakan gigi. Dan pada saat buahnya digigit, air yang keluar dari daging buahnya akan muncrat dan mengalir sampai ke siku tangan....Hahaha          

Jika beruntung sedang musim seperti sekarang, buah-buahan ini masih dapat dengan mudah ditemukan di Pasar Ciputat-TANGSEL, Pasar Kebayoran Lama,  pasar-pasar Bogor, atau pedagang buah keliling tepatnya dekat  Jembatan stasiun Kota Bogor. 

Hm, Hala dek bubo! Bon apetit!

Monday, September 07, 2009

SIAPE AKMAL?

kisah nama jalan di baturaja

boleh jadi kite sangat mengenal jend sudirman, pangeran diponegoro atau bahkan pattumura yg berasal nun jauh di timur indonesia sana. tapi kenalkan kita AKMAL,--pahlawan asli oku-- yg jalannya selalu kita lewati?

AKMAL adalah suami dari puteri tertua keturunan pangeran natamarga, pasirah marga warkuk, daerah banding agung. AKMAL bersekolah di jakarta dan bersahabat dekat dengan tokoh pergerakan kebangsaan seperti Ki Hadjar Dewantara, Agus Salim, Soekarno dan lain-lainnya. AKMAL juge pendiri partai serekat islam indonesia sumsel.


AKMAL serdadu sejati. die dibesarkan di banding-ranau yg merupakan keturunan bangsawan dan sangat membenci penjajah. sewaktu jepang masuk, beliau inilah yg menghabisi pasukan jepang di ranau-maradua. saking betalnye jepang, AKMAL diburu dan dusunnye dikepung. krn endak jeme dusun jadi sasaran, AKMAL muncul menyerahkan diri. konon, beliau ini kebal peluru. jepang punye sikok care utk membuatnye mati, yaitu menyeretnye di jalan dan memasukkannye ke dalam karung. masyaallah!

pertempuran hebat yg pernah dikomandani AKMAL adalah pertempuran dg jepang di dusun (aku lupe namenye) tp antara cipatuhu dan banding. dl waktu aku milu napak tilas pemuda thn 1989 bejalan endai ranau ke baturaje para legiun veteran nunjukkan gok kami dimane tempat pertempuran itu.

cucu AKMAL mak ini adalah pangeran edward syah pernong yg pernah menjadi kapolres jakarta barat dan mak ini menjabat kapolwiltabes semarang.

amen kite membace buku-buku sejarah, akan ade hubungan antara perjuangan AKMAL, RYACUDU (baknye ryamizard) sampai ALAMSYAH RATUPRAWIRANEGARA, mantan menteri agama jaman orba. mereka pejuang yang mengukir namenye sampai terbentuk kesatuan garuda hitam yg sekrg berada di lampung.

Saturday, September 05, 2009

MAS TOM PERNAH KE KALAM


berbanggalah warge baturaje, khususnye warga jl dr sutomo. sebab DR SOETOMO yg kite kenal sbg pendiri BOEDI OETOMO, salah satu perkumpulan pergerakan yg memperjuangkan kemerdekaan indonesia di masa awal, pernah mengabdi di baturaje. itu terjadi di thn 1917, dekde lame setelah "mas tom" name akrab beliau--menamatkan sekolahnye di STOVIA--kini fakultas kedokteran UI.

dulu beliau menjadi dokter di rumah sakit baturaje yg kini kite kenal dg ANTONIO atau "RUMAH SAKIT KALAM". kalam diwek merupakan sebutan untuk jl dr sutomo sekarang yg dulunye meliputi air gading, lubuk rambai, sukajadi dan pangeran hajib.

menuhut jeme-jeme tue, DR SOETOMO tinggal di daerah ds baturaje atau kertapati. sementare badanye begawi di RS ANTONIO yg waktu itu di air gading (TK PU skrg).

dalam majalah PERINDRA terbitan Mei 1938, jurnalis bername pena tjamboek berduri pernah menuliskan:

Dalam tahoen 1917 ia dipindah ke Batoeradja (Palembang) dimana ia ting­gal disitoe sampai penghabisan tahoen 1919. Ditempat itoe keadaan soenji, sehingga ia selaloe berhoeboengan de­ngan poelau Djawa dengan menoelis beberapa brochures.

nah, retinye name dr sutomo bukan asak masangkan plang kian, tapi ade sejarahnye. (joni, warge jl. dr sutomo)