entah siapa yang memulai, kardus menjadi populer di saat mudik tiba. pastinya bukan oleh mereka yang memakai dasi atau bergaji serakah macam wakil rakyat, tapi tak dapat dibantah "rakyat jelata" lah yang menggunakannya. kardus dipakai untuk mudik dan semacam benda praktis untuk membawa apa saja. cukup diikat, ditali, diberi lakban, kardus sudah dapat ditenteng kemana saja. ingat, asal tidak basah bagian bawahnya. jika sudah basah dan lembab, maka akan lain ceritanya. kiriman tempoyak, oleh-oleh bandeng duri lunak, atau duku palembang tidak akan sampai ke tempat tujuan.
namun awas jika menaiki kapal feri antara pemnyembrangan merak-bakauheuni, kardus menjadi cacian penjual tas. sampai bikin merah telinga. begini pata penjual tas lipat itu menghina mereka yang membawa kardus: "kardus lagi-kardus lagi... malu sama mertua tiap mudik pake kardus. belilah tas lipat ini...bla.bla."
oh, nasibmu kardus.
No comments:
Post a Comment