Tuesday, December 14, 2010

BIOSKOP BATURAJA TEMPO DOELOE

ada di darat ada di laut

Masih ingat Bioskop Darat? Mereka yang lahir tahun 60-an atau 70-an pasti masih ingat bioskop yang letaknya di jalan menanjak Pahlawan Kemarung ini. Bioskop yang sekarang telah berubah menjadi toko (tolong dong yang di Baturaja namanya toko dan hotel di sebelahnya sekarang, apa namanya?) ini dulunya merupakan satu-satunya tempat hiburan masyarakat Baturaja. Nama Bioskop Darat sebetulnya hanya sebutan. Nama sebenarnya adalah Bioskop Kramat. Dinamakan Bioskop Darat, konon sebelumnya ada bioskop lain yaitu Bioskop Laut yang letaknya persis tepi Sungai Ogan yang berada tidak jauh dari Jembatan Ogan 1. Sejak kapan bioskop ini ada, saya tidak tahu. Seingat saya di tahun 1977 bioskop Laut sudah tutup. Tapi kelak perbaharui di sekitar tahun 1984 dengan nama Bioskop Sadar.

film rhoma irama banyak diputar di bioskop saat itu.
tentu bang rhoma jadi "anak mudo"
kalo bang rhoma bisa mengalahkan bandit2 maka penonton pun berdiri dan bertepuk.


Kalau diingat-ingat lagi, dulu tempat duduknya terbagi atas dua bagian. Untuk kelas losi dengan kursi kayu, sedangkan untuk kelas balkon dengan kursi rotan. Padahal, kelas balkon di bioskop ini bukan balkon sebagaimana yang kita bayangkan di gedung-gedung pertunjukkan, yang merupakan tempat istimewa atau katakanlah VIP, yang tempatnya biasanya berada di atas atau di selasar penonton lain. Tapi kelas balkon di Bioskop Darat ini adalah tempat di mana penonton duduk di deret bagian tengah sampai belakang yang tempatnya agak sedikit meninggi dari kelas losi. Penonton yang berada di kelas balkon tentu saja lebih nyaman menonton karena pandangan mata sejajar dengan layar. Tapi bagi mereka yang menonton mendongak di bagian losi, juga memiliki kemudahan. Diantaranya mereka bisa beli satu tiket untuk dua orang, tiga orang atau bahkan tujuh orang! Hebat kan?
Begini. Satu tiket untuk dua orang bisanya disebut “Sikok Duo” atau satu tiket dua orang. Tapi nonton pertunjukkannya tidak dari awal. Kira-kira 15 menit ketika film sudah diputar, pemilik bioskop yang namanya sering dipanggil dengan Encek Kuat (atau ditulis beginikah, “Kwat”?) akan berteriak, “Sikok duo!”, maka orang-orang yang tadi menunggu akan mencari patner satu orang lagi. Di tahun 1979 harga tiket kelas losi Rp. 350. Artinya, dua orang yang akan membeli satu tiket itu akan patungan Rp. 150 masing-masing. Kemudian menghadap ke Encek Kuat yang biasanya duduk di muka pintu bagian losi. Encek Kuat akan memberikan tambahan uang Rp 50 kepada sepasang orang tadi. Mereka lalu dengan terburu-buru pergi ke loket yang berada di depan untuk membeli karcis kelas losi. Demikian juga sewaktu Encek Kuat berteriak “sikok tigo” yang biasanya, lewat 10 menit dari kesempatan “sikok duo”. Nah, pada saat inilah Encek Kuat akan bersiap pulang. Tidak lama kemudian setelah film kira-kira berjalan 30 menit, akan ada penjaga pintu berteriak “sikok tojo”. Pada bagian inilah orang-orang yang uangnya minim atau anak-anak akan bergabung. Bayangkan, mungkin inilah satu-satunya bioskop yang menggunakan metode menonton dengan karcis yang bisa dibeli secara patungan!
Bioskop Darat main tiga kali pertunjukan setiap hari, yakni, Pk. 17.00, Pk. 19.00, dan Pk. 21.00. Sedangkan untuk film India diputar dua kali. Hari pertama diputar sebagian dan hari berikutnya adalah bagian lain. Jadi yang penonton film India harus harus menerima resiko nonton selama dua hari. Soalnya, film-film India di masa itu berdurasi tiga jam setengah.
Oya, saya masih ingat, Encek Kuat yang berkacamata dan berpakaian selalu rapih itu dulunya bossy sekali. Sambil menjaga pintu bioskop bagian losi, ia akan melonjorkan kakinya di kursi rotan sambil dipijat oleh seseorang tukang pijat langganannya. Dua penjaga lain, yang menjadi “centeng” Encek Kuat akan selalu mengusir orang-orang yang tidak sabar menunggu teriakannya “Sikok Duo!”. Inilah nama-nama petugas di bioskop itu yang masih saya ingat: Mang Anek, penjaga loket, Wak Kholik, pemutar roll (entah siapa yang menggantikannya setelah meninggal kira-kira tahun 1979?), Mang Rachim, almahrum terakhir berpangkat Mayor, pernah menjabat Komandan Koramil yang bermarkas di Pasar Baru, sebagai penjaga di bagian balkon. Mang Rahim ini terkenal ganas dan berkumis lebat dan menjaga dengan celana pendek. Ada juga nama-nama lain yang tidak tercantum di sini karena saya lupa.
Ada lagu openingnya yang masih sangat akrab di telinga penonton pada waktu itu yakni, Acka Raga dari kelompok music rock asal Belanda Shocking Blue. Dan pasa saat itulah iklan layanan masyarakat "Dilarang Membawa Senjata Tajam" dimunculkan.


Bioskop Darat atau Bioskop Kramat kemudian tutup kira-kira tahun 1983-an (?) konon, karena si empunya, Encek Kuat meninggal dunia.***

11 comments:

  1. Bioskop darat dulu lah jadi toko Enggano (bejual baju dll), bioskop laut yang parak jembatan Ugan lah jadi sarang walet. Bioskop yang di pasar pucok tebuntang kian. entah kian bioskop yang di pasar baru jadi ape skrg.

    ReplyDelete
  2. Bioskop keramat badaku galak nonton, karene bada jauh harus temalam di baturaje cuma tujuan nonton bioskop.... kadang ketinggalan jadi nontonnye cagak dek kebagian kursi hehehehe itulah suatu kebanggaan tersendiri... yang digemari bintangnye Rhoma kalau dak Bunyamin hahahahaha jadi hingat ...

    ReplyDelete
  3. Jadi teringat masa kecil di Baturajo, sempet nonton di bioskop darat waktu itu filmnya Captain America... seru abizzz....

    ReplyDelete
  4. Kang joni ape judul lagu instrument ...yang menjadi tande kalu film nak main..jadi kepengen bernostalgia..

    ReplyDelete
  5. Aku dulu temasuk yg galak antri nonton yg terakhir apo lagi kalu pas film silat. Ditambah lagi kawan sd ku buyung yg bapak nyo punyo toko jait pas disamping biskop darat

    ReplyDelete
  6. Judol lagu pembukak film : acka raga dari Group band shocking blues

    ReplyDelete
  7. lagu nyo dari grup "SHOCKING BLUE" judulnyo ACKA RAGA

    ReplyDelete
  8. grup shocking blue jdul lgunyo acka raga

    ReplyDelete